Di awal tahun 1998 sebuah projek yang bernama HAARP (High Frequency
Active Auroral Research Program) dicurigai tengah mengembangkan sebuah
senjata pamungkas berdasarkan konsep-konsep "mesin gempa bumi" Nikola
Tesla. Projek ini menurut sebagian kalangan bertanggungjawab terhadap
beberapa peristiwa gempa besar, seperti gempa bumi 7,8 skala Richter
(SR) di Sichuan China 12 Mei 2008, gempa bumi 7,0 SR di Haiti 12 Januari
2010, dan gempa bumi 8,8 SR di Chile 27 Februari 2010.
Ketika
Haiti diguncang gempa bumi berkekuatan 7,0 SR pada 12 Januari 2010 dan
menewaskan sekitar 200.000 orang, banyak media massa yang melansir
pernyataan Presiden Hugo Chavez kepada surat kabar Spanyol ABC. Dalam
berita disebutkan pemimpin Venezuela itu menuduh AS menyebabkan
kehancuran di Haiti dengan menguji coba "senjata tektonik". Media massa
Venezuela pun melaporkan bahwa gempa bumi ini mungkin terkait dengan
projek yang disebut HAARP, sebuah sistem yang dapat menghasilkan
perubahan iklim yang tak terduga dan keras.
Dari penelusuran
Vivanews.com. yang kemudian dilansir situs web Press TV pada 23 Januari
2010, didapat informasi bersumber dari pangkalan Angkatan Laut Rusia
yang mengatakan bahwa gempa bumi Haiti bukan mumi bencana alam,
melainkan hasil dari uji coba senjata "pemicu gempa". Bahkan, juga
diberitakan pada 9 Januari 2010, uji coba yang sama mengakibatkan gempa
sebesar 6,5 SR di dekat Kota Eureka, California, AS, tak ada yang tewas
dalam insiden ini, namun sejumlah bangunan dilaporkan rusak.
Salah seorang pakar dari Phillips Geophysics Lab yang ambil bagian dalam
projek HAARP pernah mengungkapkan adanya riset yang diarahkan untuk
menciptakan perangkat-perang-kat pemicu bencana alam. Menurutdia, AS
pernah menggunakan gelombang elektromagnetik berfrekuensi sangat rendah
(extremely low frequency, ELF) yang mampu menembus lapisan tanah dan
lautan hingga ratusan kilometer di dalam perut bumi. Melalui modifikasi
khusus, gelombang itu mampu menggerakkan lempeng tektonik bumi.
Pembuatan senjata semacam ini memang telah diprediksi sebelumnya. Mantan
penasihat keamanan Gedung Putih Zbigniew Brzezinski dalam bukunya
"Between Two Ages," menulis, "teknologi akan menyediakan teknik untuk
melakukan peperangan rahasia yang hanya membutuhkan sedikit pasukan,
seperti teknik memodifikasi cuaca yang dapat menimbulkan badai yang
berkepanjangan."
Keberadaan senjata jenis ekologi bukanlah fiksi
ilmiah. Seorang pakar kesehatan dan lingkungan bernama Dr. Rosalie
Bertell mengonfirmasi bahwa militer AS sedang mengerjakan sebuah sistem
pengatur cuaca sebagai senjata potensial. Metodenya termasuk
mengendalikan badai dan mengatur arah penguapan air di atmosfer bumi
untuk menghasilkan banjir di tempat tertentu. Dugaan ini pun diperkuat
Marc Fil-terman, mantan pejabat militer Prancis yang mengatakan AS telah
memiliki teknologi untuk memanipulasi frekuensi radio untuk melepaskan
kondisi cuaca tertentu seperti badai dan topan.
Kontroversi
HAARP sebagai senjata telah muncul sejak 1996 lewat sebuah buku Angels
Dont Play This HAARP Advances in Tesla Technology yang ditulis Dr. Nick
Begich, Jr. dan Jeane Manning. Buku ini merupakan hasil dari proses
pencarian kebenaran mereka tentang projek Pentagon yang dibangun secara
diam-diam. Projek senilai
30 juta dolar AS ini secara "halus"
dinamai HAARP yang dibuat untuk menembakkan lebih dari 1,7 gigawatt daya
radiasi ke ionosfer. Secara sederhana, peralatan ini kebalikan dari
teleskop radio, hanya mentransmisikan bukan menerima. Ini akan
mendidihkan bagian atas atmosfer. Setelah memanasi dan mengganggu
ionosfer, radiasi tinggi akan memantul kembali ke bumi dalam bentuk
gelombang panjang menembus tubuh kita, tanah, dan lautan.
HAARP adalah sebuah projek bersama antara Angkatan Laut AS, Angkatan
Udara AS, DARPA (Defence Advance Research Project Agency), dan
Universitas Alaska. Projek ini dimulai pada 1993 dan diproyeksikan
selama 20 tahun. Fasilitas ini menempati sisi barat Taman Nasional
Wrangell-Saint Elias di Gakona, Alaska. Tujuan resminya untuk
mengetahui, menyimulasikan, dan mengontrol proses ionosferik yang akan
digunakan untuk meningkatkan kemampuan telekomunikasi dan pengintaian.
Seperti ditulis situs resminya, www.haarp.alaska.edu, perangkat utama
yang ada di stasiun HAARP adalah Ionospheric Research Instrument (IRI),
sebuah pemancar radio dengan daya dan frekuensi tinggi yang dilengkapi
sebanyak 180 antena, rangkaian ini menempati areal seluas 13 hektare.
Ketika diaktifkan, sistem pemancar ini mampu mengirimkan total energi
hingga 3,6 juta watt, sinyal ini kemudian akan dipancarkan lewat
serangkaian antene langsung menuju ketinggian 100 - 350 km pada volume
kecil ionosfer yang memiliki ketebalan beberapa ratus meter dan diameter
10 km. Ionosfer adalah lapisan yang mengelilingi atmosfer bumi bagian
atas, lapisan bermuatan listrik tempat cuaca dan iklimberproses.
Intensitas gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi yang dipancarkan
ke ionosfer ini mencapai 3 mikro-watt/cm persegi. Gangguan kecil akan
dihasilkan yang kemudian akan diamati oleh instrumen sains yang
terpasang di fasilitas HAARP. Hasil pengamatan ini akan memberi
informasi baru untuk memahami proses alamiah ionosfer.
Kita bisa
membandingkan eksperimen HAARP dengan proses dinamika alami di ionosfer
dalam bentuk kemunculan aurora atau cahaya kutub, namun intensitas
energi aurora ratusan hingga ribuan kali lebih kuat dibandingkan dengan
HAARP.
Teknologi pengendalian cuaca memang bukan monopoli AS,
fasilitas yang sama seperti HAARP juga dimiliki Rusia namanya Sura
Ionospheric Heating Facility terletak dekat Vasilsursk. Sementara Eropa
memiliki Eiscat (European Incoherent Scatter Scientific Association)
yang terletak di Tromso, Norwegia. Bahkan, menurut Dr. Nick Begich, Jr.,
Malaysia sudah melakukan kontrak dengan perusahaan modifikasi cuaca
Rusia untuk menciptakan sebuah badai yang akan diarahkan untuk menghalau
asap dan kabut dari kota-kota di Malaysia tanpa merusak kota di
bawahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar